IBX58F8B9DC28E0A

Senin, 22 Juni 2020

5 Langkah Menyiapkan Startup ala Fajrin Rasyid, Ex Bukalapak

 


TEMPIAS.com, JAKARTA --  Membangun startup di Indonesia menjadi cita-cita banyak anak muda masa kini. Melalui startup atau perusahaan rintisan banyak permasalahan dalam kehidupan dapat dipecahkan dan menjadi ekonomi triliunan Rupiah.

Perusahaan dengan nilai fantastis ini biasanya dimulai dari tim kecil berkisar dua sampai empat orang. Tim kecil ini yang menjadi penentu sebuah perusahaan gagal atau berhasil ke depannya. Membangun perusahaan dengan tim juga menunjukan tidak ada satu individu yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan sendiri sekaligus.

Statistik mencatat saat ini 23% kegagalan perusahaan startup justru disebabkan pemilihan tim awal (co-founder) yang tidak tepat. Demikian juga sebaliknya, seluruh perusahaan startup besar yang ada di Indonesia saat ini bermula dari sebuah tim yang solid.

Fajrin Rasyid, President of Bukalapak dan juga Co-Founder dari salah satu perusahaan rintisan marketplace terbesar di Indonesia dalam paparannya pada laman Medium com yang dikutip Selasa (10/7/2018) menyampaikan terdapat sejumlah prasyarat untuk memilih mitra co-founder:

1. Kompetensi
Sebelum menambah anggota tim, maka pastikan kompetisi yang dimiliki oleh co-founder sesuai dengan kebutuhan startup. Anggota tim pendiri harus saling melengkapi karena sebagai pendiri tidak semua aspek bisa dilakukan sendiri. Entah itu bidang IT, keuangan, produk, pemasaran, content, legal, atau lainnya. Kompetenso yang tepat akan membuat peluang keberhasilan lebih besar.

Apalagi dengan co-founder yang berbeda kompetensinya, pekerjaan yang sangat banyak tentu dapat segera diselesaikan dan tidak tumpang tindih kewenangan. Meski begitu, tentu saja dapat memilih co-founder dari latar yang sama namun untuk itu harus dilakukan pembagian tugas yang jelas dari awalnya.

2. Bersikap Profesional
Menemukan kesamaan visi antara sesama anggota team merupakan kunci kesuksesan. Maka calon co-founder paling ideal adalah para sahabat yang sudah dikenal lama. Akan tetapi cara ini berisiko.

Memang betul bahwa selain kompetensi, hal utama yang juga perlu dilihat dalam mencari mitra pendiri startup adalah karakter. Maka ketika memilih teman akrab kita sudah mengenal karakternya. Namun, tantangan terbesarnya adalah memosisikan diri secara profesional. Jangan sampai kita memilih co-founder karena karakternya saja, sedangkan kompetensinya sebenarnya biasa-biasa saja.

3. Hitam di Atas Putih
Tahun-tahun awal pendirian perusahaan rintisan adalah masa yang krusial karena beragam tantangan harus dihadapi. Tim yang tidak kompak membuat perusahaan akan berakhir tragis. Apalagi dalam statistik, 90% perusahaan akan tutup dalam tahun pertamanya karena banyaknya persoalan yang harus dihadapi.

Maka pembagian kerja yang harus ditegaskan dari pertama. Tidak boleh karena teman akrab maka pekerjaan menjzdi tidak terstruktur.

4. Tim Kecil
Tidak ada jumlah pasti berapa jumlah ideal tim awal membangun sebuah startup. Namun untuk perusahaan yang sangat baya dibutuhkan sekitar 2–4 orang. Hal ini karena untuk startup yang baru berdiri, persoalan yang dihadapi belum terlalu kompleks. Jumlah co-founder yang terlalu banyak akan menyebabkan startup tersebut semakin lamban karena hal-hal yang penting perlu diputuskan oleh banyak pihak, padahal kecepatan sangat penting bagi sebuah perusahaan startup.

5. Bersiap dengan kemungkinan terburuk
Dalam perusahaan teknologi, banyak kekayaan intelektual dan hak cipta yang terlibat seperti status kepemilikan source code, besaran investasi, hingga pembagian saham. Untuk menjaga keberlangsungan usaha, permasalahan legal seperti ini harus dibahas dan ditentukan jalan keluarnya dari awal. Termasuk perjanjian jeda waktu kemungkinan co-founder mendirikan usaha sejenis.

Keberhasilan membangun tim adalah langkah awal kesuseksan membangun perusahaan.

Tidak ada komentar:
Write comments