Sudah empat tahun saya menepi dari dunia kerja. Menjalani peran sebagai ibu dari Trio Biza -- Bintang, Azizah, & Arsyad-- sambil aktif sebagai content creator dan influencers.
Berbeda dengan kerja kantoran, yang memiliki gaji rutin setiap tanggal 25, pendapatan sebagai content creator sangat bergantung dengan dengan proyek yang saya kerjakan. Semakin cepat selesai, semakin banyak yang dikerjakan pendapatan juga semakin baik.
Demikian juga sebaliknya. Ada masanya sangat sedikit peluang pekerjaan yang diterima pada satu waktu. Akibatnya pendapatan juga menurun drastis. Untuk itu disiplin dalam mengelola keuangan menjadi sebuah keharusan.
Menyisihkan sebagian pendapatan ketika pendapatan berlebih pada beberapa instrumen investasi merupakan langkah yang paling bijak. Demikian juga dengan jenis investasinya. Harus dibedakan untuk jangka pendek, jangka menengah ataupun jangka panjang.
Investasi jangka pendek berfungsi ketika pendapatan sebagai content creator dan influencers tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bulan berjalan. Sementara itu, proyek yang sedang dikerjakan belum rampung. Maka investasi jangka pendek ini dapat dicairkan dan digunakan dengan komitmen untuk diisi kembali.
Penempatan investasi jangka menengah dilakukan untuk persiapan anak masuk sekolah. Biaya sekolah Bintang, Azizah dan Arsyad harus disiapkan secepat mungkin. Apalagi sudah menjadi pengetahuan umum inflasi sektor pendidikan selalu naik hingga dua digit setiap tahunnya.
Ilustrasi : freepik |
Inflasi ini merupakan momok yang menakutkan. Wujud terjadinya inflasi ini paling mudah terlihat pada biaya SPP kita dahulu hanya 10.000 Rupiah per bulannya pada era saya SMA pada tahun 2000. Namun saat ini, 15 tahun kemudian biaya untuk jenjang pendidikan yang sama sudah ratusan ribu Rupiah. Jadi harus sangat disiapkan investasi jangka menengah bagi trio ini. Apalagi usia mereka berdekatan yakni selisih 18 bulan.
Sedangkan investasi jangka panjang terutama untuk persiapan hari tua. Fenomena sandwich generation yang menimpa banyak keluarga muda saat ini saya harapkan tidak terulang ketika kami menua nanti.
Sandwich generation merupakan istilah bagi keluarga muda yang harus menanggung biaya hidup orang tuanya karena sudah tidak bekerja dan memiliki sumber penghasilan serta menanggung biaya putra-putrinya karena masih belum cukup umur untuk memiliki penghasilan sendiri.
Untuk menempatkan penghasilan sesuai tujuan investasi ini membuat saya harus membuka beragam jenis investasi ke berbagai lembaga.
Untuk jangka panjang misalnya, saya harus ke gerai BUMN penyedia emas batang. Selain gerainya terbatas, berat emas batangan yang disediakan juga tertentu. Akibatnya dalam investasi harus dikumpulkan hingga jumlah yang sesuai. Ya akibatnya, godaan menggunakan untuk kepentingan lain sangat besar.
Demikian juga untuk investasi jangka menengah. Reksadana campuran dan reksadana saham yang jadi pilihan kami disediakan oleh agen penerbit yang berbeda. Untuk itu dibutuhkan perlakukan yang berbeda pula agar perkembangan investasinya sesuai harapan.
Saya merasa pola ini jika dipertahankan tidak praktis. Untuk itu beragam informasi perlahan dikumpulkan. Sasarannya, menemukan instrumen investasi yang praktis, terjangkau dan mudah diakses.
Di saat membutuhkan instrumen baru ini, saya menemukan narasi disalah satu media online. Jenis penempatan investasi di aplikasi semakin beragam.
Mengelola Investasi dengan Aplikasi
Setelah membaca materi dari beberapa media online, saya kemudian mempelajari lebih lanjut aplikasi seperti di Bukalapak, Tokopedia, Ovo, Bareksa serta beberapa aplikasi lainnya.
Terdapat dua jenis produk investasi yang cocok dengan kebutuhan saya yang ditampilkan oleh laman aplikasi ini. Produk pertama yakni reksadana. Baik saham maupun campuran. Sedangkan lainnya adalah tabungan emas.
Untuk reksadana, terdapat tiga pilihan yang disediakan yakni meliputi pasar uang, campuran dan reksadana saham. Ketiga jenis reksadana itu sangat tergantung dengan kesediaan kita menanggung risiko. Pasalnya tidak ada investasi yang hanya menawarkan keuntungan, juga terdapat risiko di dalamnya.
Untuk saya yang investasi bertujuan jangka menengah, maka penempatan pada reksadana campuran dan reksadana saham menjadi pilihan. Dengan pilihan ini saya dapat menerima jika nilai investasi saya tidak melulu untung namun juga mengalami penurunan nilai. Karena pada dasarnya tujuan utamanya adalah ketersediaan dana disaat waktu yang direncanakan.
Sebelum dapat menggunakan fitur di aplikasi ini, nasabah diminta melakukan penambahan data terlebih dahulu. Ini sesuai dengan prinsip KYC yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pengawas dalam sistem keuangan nasional.
Cara pembukaan akun Reksadana pada aplikasi ini cukup mudah. Pertama login ke akun yang dimiliki. Selanjutnya pilih menu reksadana. Untuk penggunaan yang pertamakali menggunakan aplikasi ini maka harus disediakan scan KTP, beserta tandatangan digital. Juga disampaikan sumber dana dan rata-rata penghasilan.
Setelah data diverifikasi, maka pembelian reksadana dapat mulai dilakukan. Besaran investasi sangat fleksibel dan disesuaikan dengan kemampuan kita. Bahkan untuk beberapa produk cukup dengan Rp10.000 sudah dapat menempatkan investasi pada produk reksadana.
Sedangkan untuk investasi jangka panjang, produk Emas menjadi pilihan. Produk emas digital ini memberi kemudahaan karena bisa dibeli dengan nominal sangat rendah. Dengan harga saat ini hanya sekitar Rp15.000. Dengan nominal ini tidak ada alasan menunda menempatkan investasi.
Sistem pembayaran yang disediakan juga sangat banyak. Selain melalui sistem keuangan perbankan. Biasanya membeli emas di aplikasi ini juga disediakan pembayaran melalui layanan toko ritel modern yang banyak di dalam komplek perumahan.
Fitur investasi dari aplikasi ini juga menyediakan sistem pendukung seperti kalkulator financial. Dengan alat bantu ini, perencanaan keuangan menjadi lebih mudah dan terukur agar target masa depan yang disiapkan dapat diraih dengan terencana. ***
Tidak ada komentar:
Write comments