Salah satu orang terkaya Indonesia yang juga Chairman Lippo Group, Mochtar
Riady meyakini Cikarang, Jawa Barat akan menjadi pusat ekonomi baru di
Indonesia. Dia menyatakan Cikarang telah memenuhi prasyarat menjadi kota
industri
seperti Shenzhen. Sebuah kota
industri dan investasi di Guangdong, China.
“Semua industri yang paling hebat ada di Cikarang. Maka, Cikarang akan
menjadi Shenzhen of Indonesia,” kata Mochtar seperti dikutip dari
BeritaSatu.com pada Minggu (25/9).
Pengembang kawasan Lippo Cikarang itu menuturkan untuk menjadikan Cikarang pusat
ekonomi baru Indonesia, Mochtar mengharapkan seluruh rencana pemerintah untuk
kawasan ini dapat segera terealisasi. Saat ini, kata dia pemerintah tengah membangun
berbagai infrastruktur, seperti bandara dan pelabuhan di Cikarang dan
sekitarnya, termasuk
railway Cikarang-Tanjung Priok,
high speed
railway Jakarta-Cikarang, serta
railway Jakarta-Bandung yang
melewati Cikarang.
Mochtar Riady menjelaskan, transportasi ini akan membuat Cikarang dengan luas
lahan sekitar 200 km2 menjadi mudah diakses. Apalagi di Cikarang terdapat
kawasan industri otomotif yang mampu memproduksi 1 juta mobil dan 10 juta
sepeda motor per bulan. Berbagai produk elektronik, seperti televisi, kulkas,
AC, dan mesin cuci, juga diproduksi di Cikarang.
“Jika semua sudah terbangun, bukan tidak mungkin pada 2020 nanti Indonesia
menjadi
Indonesian factor century, seperti Tiongkok yang pada tahun
2000 menjadi
China factor century,” kantanya.
Keyakinan ini karena kondisi yang dimiliki Cikarang saat ini lebih baik
ketika China memulai membangun kawasan industri Shenzhen. Mochtar mengatakan,
pada 1991 cadangan devisa Tingkok hanya sekitar US$ 200 juta. Kondisi
infrastruktur di Tiongkok saat itu belum memadai. Bahkan, di Shenzhen,
fasilitas listrik dan jalan sangat buruk.
Tiongkok kemudian bangkit dan mulai
membangun dari Kota Shenzhen, yang saat itu merupakan kota termiskin di
Tiongkok, dengan jumlah penduduk sekitar 20.000 jiwa yang hampir separuhnya
nelayan. Kini, Tiongkok menjadi salah satu negara adidaya dengan jumlah
cadangan devisa sekitar US$ 4 triliun.