IBX58F8B9DC28E0A

Kamis, 19 Juli 2018

Awas Jangan Buru-buru Nikah Muda, Ada Risiko Besar Bagi Remaja Perempuan

 

Remaja perempuan sebaiknya baru menikah dan berhubungan seksual setelah 3-5 tahun dari siklus haid pertamanya.


LIVINGCIKARANG.com, Menyambut Hari Anak Nasional tahun 2018, Indonesia masih memiliki masalah serius pada perkawinan usia anak. Anak-anak perempuan yang baru haid kemudian diminta menikah untuk mengurangi beban keluarga. Umumnya pernikahan ini terjadi pada keluarga kurang mampu di pedesaan ataupun keluarga dengan pendidikan rendah.


Pemaparan Vice President of Life Operation Division Sequis Eko Sumurat menyebutkan perkawinan usia anak adalah masalah yang sangat serius karena ada berbagai risiko yang ditimbulkan. Risiko itu timbul pada  fase saat melakukan hubungan seksual, hamil dan melahirkan. Juga terdapat risiko yang mengintai janin yang dikandung serta anak yang dilahirkan.

Meski telah memasuki masa pubertas yang ditunjukan dengan siklus haid, remaja perempuan belum dapat disebut dewasa. Organ reproduksi bertumbuh tidak persis sama untuk setiap orang, biasanya antara usia 16 -22 tahun. Organ intim berfungsi 100%  biasanya ketika mencapai minimal 3-5 tahun pascahaid.

Apalagi dengan pengetahuan yang minim, maka hubungan seksual pada pernikahan anak akan cendrung ada upaya paksaan. Akibatnya terdapat risiko terdapat penyakit menular seksual, penularan infeksi HIV, dan kanker leher rahim.

Ukuran rahim remaja putri pun belum siap untuk kehamilan dan ukuran  panggul pun belum siap sepenuhnya untuk persalinan. Sehingga, persalinan pada masa remaja dapat meningkatkan risiko persalinan caesar dan komplikasinya.


Akibat dari hubungan seksual dan kehamilan di usia muda diantaranya komplikasi obstructed labour (Gangguan pada fungsi otot uterus karena terjadi peregangan uterus yang berlebihan) serta obstetric fistula (Urin atau feses  melalui vagina karena terjadi kebocoran akibat rusaknya organ kewanitaan).  Penyakit lain yang mengintai adalah carsinoma serviks  (penyakit kanker leher rahim) karena semakin muda usia seseorang melakukan hubungan seksual pertama kalinya maka semakin besar risiko terkontaminasi virus  pada daerah reproduksi.



Pada masa kehamilan, ibu juga rentan mengalami anemia (kurang darah) dan tekanan darah tinggi. Risiko lainnya menurut dr Handojo adalah dapat terjadi kematian pada janin. Anatomi panggul remaja perempuan masih dalam pertumbuhan sehingga proses persalinan dapat menjadi lama. Akibatnya bayi mengalami kekurangan oksigen, dapat tercemar air ketuban, terinfeksi bakteri, dan ritme jantung melemah. Hal-hal ini rentan menyebabkan kematian pada bayi. Emosi yang belum stabil membuat ibu mudah  depresi pada saat persalinan.

Tidak ada komentar:
Write comments